Aku pulang dari pengasingan

Aku baru pulang dari pengasingan Aku tidak suka disekap disana Tidak ada angin dan kesenangan Yang ada hanya permenungan Aku butuh huru hara Aku tidak menyukai ditelisik dan dipandang dalam-dalam Lakukan saja tahapanmu Aku juga demikian,yang tidak kamu sadari adalah aku sedang mengkondisikan tubuhku untuk pulang Aku tidak akan mengulangi untuk tidak cerdik Sehingga terperangkapContinue reading “Aku pulang dari pengasingan”

Musium

Aku menulis ini dengan hati-hati karena aku mengembalikan jemariku mengetik pada masa yang sangat lalu. Pada tema dan ilustrasi nyata yang sudah tidak dibicarakan. Abadi. Semoga kita akan berhenti nantinya pada akhir tulisan ini. Jikapun engkau ingin berkunjung, datanglah. Jangan buat aku tidak mengerti dengan teka-teki dan potongan mimpi. Bukankah engkau hanya ingin melihat akuContinue reading “Musium”

….Bersekutu…

Jika kau melihatku berjalan tanpa alas kaki itu adalah sisi penyairku yang sedang mencari eksistensi pagi karena asap, untuk sementara tak bisa membantuku menuju subuh jika tak sengaja kau menemukanku di pantai yang bersemak itu juga sisi sajakku yang mengelana mencari para sahabat yang lama menghilang dan meninggalkan hanya lirik kata di sana jika diContinue reading “….Bersekutu…”

aku dan empat ruh

Apakah ada obat yang digjaya untuk meruntuhkan pikiranku? Agar aku tak lagi berpikir tentang menyakiti. Tubuhku telah habis, gugur, dimakan pikiran buruk. Seandainya aku bisa bersimpuh pada Ibu, tetapi laut memisahkanku pada kedekatan Hanya kepada ibu bumi, kepadanya aku mengeluh dan menunggu aliran gaib datang menolongku yang menelusup dari tanah retak Aku akan sembuh, wahaiContinue reading “aku dan empat ruh”

ia menghentakku…..

aku tidak suka tulisan yang engkau publish di sebuah jejaring sosial. aku tidak menyukai status yang engkau share. aku menganggap prosa yang engkau tulis pada blog, sangat tidak menarik. LALU AKU TERHENYAK. CUKUP SHOCK. apa engkau tak lagi membaca buku? apakah referensimu kini hanyalah cerita kantoran tak bermutu? kapan terakhir engkau sekadar singgah di tokoContinue reading “ia menghentakku…..”

Begini rasanya menemukan penyuka pulpen biru

Begini rasanya menemukanmu wahai penyuka pulpen biru. Ketika pilihannya adalah hitam-biru, sebagaimana aku memilih, kau juga abai akan warna hitam. Betapa senang! Apa perlu kita buatkan perkumpulan? Biar aku nobatkan engkau menjadi ketua komunitas. Aku bersedia berdamping menemani menjadi juru tulis. Aku yakin, di tangan kita, perkumpulan ini akan berpulang pada militansi yang indah. KitaContinue reading “Begini rasanya menemukan penyuka pulpen biru”

Jika kau menginginkanku

Setelah rapat selesai, lalu kau tulis tentang sebuah buku dengan awal kalimat, “Aku menginginkanmu…” Jika itu benar, bolehkah kita bertemu hanya pada sebuah mimpi? Tulislah semaumu. Aku bisa membantumu memilihkan kata-kata konyol untuk bercanda. Atau yang lebih sarkastik? Jangan bangunkan aku. Biar aku terjaga dengan sendirinya. Aku tak ingin ini lebih dari mimpi karena akuContinue reading “Jika kau menginginkanku”

Karena kita yang memiliki masa

Dalam ruangan yang sama, engkau membuatku sangat marah. Setelah yang muncul dari parasmu adalah sikap yang sama, dengan situasi beberapa waktu dulu yang kita sebutkan sebagai ketidakdewasaan. Ijinkan aku semakin marah, hanya untuk mengembalikan dirimu pada masa yang kita miliki sebelumnya. Karena kita menghormati sebuah nilai kebersamaan, lalu kita menggunjingkan dua laki-laki itu. Betapa tidakContinue reading “Karena kita yang memiliki masa”

Pagi ini aku pergi

Pagi ini aku pergi ke tujuh tahun lalu ketika kita terakhir bertemu muka dan saat itu aku terakhir bertemu dengan kesabaran. Apakah ia telah hilang? Apakah kesabaran tak berwujud pada hampir dasa warsa di sini? Di tempat yang jauh dari engkau. Sosoknya tetap dibenakku. Berupa kesabaran yang jujur pada alam pada diriku sendiri, bahkan. IaContinue reading “Pagi ini aku pergi”

Pagi hari

Kemanakah pagi hari menarik kekayaan hatiku? Diperdengarkannya kepadaku lantunan musik yang ganjil yang serta merta mendatangkan dan mengabulkan keinginanku tanpa sadar oleh alam bawah sadarku. Betapa pagi ini kian meruncing. Semakin tajam oleh musik yang mulai sangat jelas, menuntunku ke arah doa. Allah Akbar. Wawia | Juli 2011

Dua Puluh Satu

Jika paragraf ini adalah yang ke dua puluh satu, berarti aku telah melewati dua puluh kecemasan. Betapa terlalu lama aku menyimpan rasa yang bernama khawatir. Oh! Kuyakinkan lagi, bahwa kotak kecemasan sudah kukemas dalam peti. Yang jika ia keluarpun, ia hanya akan menemukan aku yang sedang tersenyum. Bersama anak-anakku. Hingga sang kecemasan akan melebur dirinyaContinue reading “Dua Puluh Satu”