Apakah engkau jujur dalam setiap note itu?

Apakah engkau jujur dalam setiap note itu? Aku menjawabnya begini : ada proses pengendapan yang terjadi sebelum ia berbentuk syair atau prosa atau essay. Ada kerangka yang sering terbentuk dengan sendirinya termasuk bagaimana ekor tulisan itu teraktualisasi. Kepada diriku, hidupku dan tulisanku, dedikasi kejujuran aku persembahkan. Wawia | 11 Sep 2011

Sebelum pementasan itu dimulai

Aku sedang menuju sebuah pementasan seni. Sembari menunggu, aku menemukan di luar area pementasan, dua perempuan muda, ABG dan berpakaian SMU sedang asyik ngoceh. Mereka membahas tentang pacaran. Si A berpandangan, ia akan mencari cowok ganteng dan pemain basket. Dan bermobil. “Tiga kriteria,” pikirku.Si B berangan-angan punya cowok pemain band, punya motor besar dan berkacamata.Continue reading “Sebelum pementasan itu dimulai”

Apakah kekayaanmu?

Bertemu dengan beberapa kumpulan orang yang kaya secara finansial adalah pengalaman yang inspiratif. Suatu saat ketika bertemu dengan sanak saudara yang berduit, aku memilih diam jika ia memamerkan kekayaan. Karena hartaku hanyalah senyuman dan tulisan-tulisan kecilku. Diberikan kesempatan untuk berbincang dengan teman yang punya kekayaan lebih, aku akan meledeknya habis-habisan jika ia mengunggulkan harta. KarenaContinue reading “Apakah kekayaanmu?”

surat cinta 2

Pada malam kamu sakit, 21 Des 1999, 21.55 wib Ini untuk kesekian kalinya; aku menjadi bingung. Berada disini sendirian juga membuatku merasa kesepian. Setelah kau katakan tentang kekhawatiranmu akan kejadian buruk jika kita harus bersama. Sementara sejak dulu aku sudah bilang bahwa itu tidak perlu terlalu dipikirkan. Seperti kita dulu memulai semuanya dengan begitu saja.Continue reading “surat cinta 2”

surat cinta

Kamu tahu cara menekan rasa kangen yang berlebihan? Ceritakan kepadaku agar tidak menjadi lemah. Hari ini kawanmu mau pulang, dan aku pun harus memupus segala keinginanku sementara maunya sih aku ikut. Tapi apa boleh buat, bukankah aku harus memahami perasaan kangen itu. Sudahlah. Aku segera saja kehabisan kata-kata kalau sudah berasa begini. Mudah-mudahan semua iniContinue reading “surat cinta”

note ke-37

Sengaja aku ingin merekam sebuah pembicaraan antara sesama petugas sampah. Aku berjanji akan menuangkannya pada note-ku yang ke-37. Mereka, dua lelaki itu, bertugas untuk mengambil sampah di perumahan kami. Awalnya aku kurang mengikuti ritmenya, kapan saja mereka mendatangi tempat sampah-tempat sampah kami. Sampai akhirnya aku merunutnya dan menemukan pola acak-acakan. Ia datang sesukanya padahal kamiContinue reading “note ke-37”

Gedong Kertya

Ijinkan aku urun rembug. Tentang kekayaan spiritual yang telah tertabur. Senantiasa aku berkhayal menjadi panglima sakti. Karena ketakutan yang menjalar; jangan-jangan akan ada penguasa datang meminang. Atau membeli spiritual dalam lontar. Meski menyusut oleh waktu yang singgah, gerbang itu tetap muka stana. Tak kan letih inginku mengumbar kekaguman. Tapi takutku, takut yang tiada tara. SegalanyaContinue reading “Gedong Kertya”

seperti apakah lelakimu?

Karena aku terhalang oleh sebuah mesin, akhirnya aku menemukan pesan seorang kawan. Sangat tiba-tiba. Ia bertanya, “seperti apakah lelakimu?” Aku sejenak berpikir untuk memilih kata-kata yang tepat dan santun Kujawab, lelakiku penyabar. Ia selalu datang membawa sebuah wacana dan gemar berdiskusi Kadang ia tekun memulai perbincangan Beberapa kali ia lebih membiarkan aku mengoceh Ia menyukaiContinue reading “seperti apakah lelakimu?”

menunggu jam sepuluh malam

Pagi ini aku sudah menunggu jam sepuluh malam Menunggu sajak ini lengkap dengan gurauan Sajak ini akan menjadi liar membalas kerinduannya Sajak ini akan menghentikan derasnya emosi Apakah ia akan membawakan cerita pohon jati yang lenyap? Atau kuburan wayang yang magis. Aku selalu menyenangi kisah penemu dan tetua desa yang lantas dikenang dengan sebuah candi,Continue reading “menunggu jam sepuluh malam”